TTU, Nusa Tenggara Timur – Di sebuah kampung kecil bernama Bobkase, Desa Manamas, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), langkah kecil bocah laki-laki berusia 7 tahun 11 bulan menjadi sorotan. Juan Alberto Margkes Sanbein, anak dari keluarga sederhana, harus menjalani hidup dengan kondisi tubuh yang jauh dari kata sehat. Kedua kakinya mengalami pembengkakan, dan benjolan besar tampak jelas di bagian bokongnya—kelainan yang telah menyertainya sejak bayi.
Kondisi Juan menyentuh hati Bripka Rimson Panjaitan, Bhabinkamtibmas Desa Manamas. Melalui laporannya, Kapolres TTU AKBP Eliana Papote mengetahui perjuangan berat yang dijalani bocah itu. Tidak tinggal diam, Kapolres bersama sejumlah pejabat utama dan seorang dokter muda, dr. Ni Komang Pasek Nurhyang Jumantini, S.Ked, langsung mendatangi rumah Juan pada Kamis, 24 April 2025.
Rumah berukuran 4×6 meter berdinding bebak dan berlantai campuran semen dan tanah itu terasa berbeda dari biasanya. Di sanalah Juan menyambut rombongan dengan tatapan tajam yang menyiratkan rasa penasaran.
Sejak orang tuanya berpisah, Juan tinggal bersama kakek-nenek, paman, tante, dan lima sepupunya. Ibunya, Sebastiana Ani Kolo, merantau ke Kalimantan, sementara sang ayah, Yosep Soi Bana, membangun hidup baru di tempat lain. Kiriman uang datang sesekali, namun tak cukup menutupi kebutuhan hidup, apalagi perawatan medis Juan.
Setelah melakukan pemeriksaan, dr. Ni Komang mengungkapkan bahwa Juan menderita stunting akibat kekurangan gizi berat, diperparah dengan massa tumor yang membengkak di tubuhnya.
“Anak ini sangat butuh perhatian, bukan hanya medis, tapi juga nutrisi dan kasih sayang yang terus menerus,” ungkap dr. Ni Komang dengan suara lirih.
Meski tubuhnya lemah, semangat Juan tidak padam. Ia dikenal sopan dan ceria di lingkungan sekolah dan kampung. Salah seorang warga, Maria, berkata, “Kalau teman-temannya main bola, Juan sering hanya menonton dari jauh. Tapi dia selalu tersenyum. Kami semua sayang sama dia.”
Dalam kunjungan tersebut, Kapolres TTU menyerahkan bantuan sembako, susu, dan dana untuk kebutuhan mendesak keluarga Juan. Namun lebih dari itu, yang dibawa adalah harapan.
“Kami ingin Juan tahu bahwa dia tidak sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang peduli. Dan kami ingin lebih banyak lagi orang yang mau mengulurkan tangannya membantu Juan,” ujar AKBP Eliana sambil memeluk Juan dengan hangat.
Langkah kecil Juan di Kampung Bobkase kini tidak lagi berjalan sendirian. Di balik tubuh mungil dan penyakit yang membelenggu, tumbuh semangat dan mimpi. Dan kini, lewat program Polri Peduli, harapan itu mulai hadir.
“Kita boleh memiliki pangkat yang besar, jabatan yang tinggi, tetapi rahasia di balik semua itu adalah melayani mereka yang paling membutuhkan uluran tangan kita. Juan adalah pengingat kita semua,” tutup AKBP Eliana dengan haru.